Kotmale: Warga penyintas siklon di Sri Lanka masih takut kembali ke rumah setelah badai meninggalkan kerusakan parah. Banyak warga desa Kithulbadde memilih bertahan di pusat bantuan, dilansir dari The Straits Times, Jumat (5/12/2025).
 |
| Kondisi banjir di Sri Lanka (Foto: X - Tom Fletcher) |
Hal tersebut karena infrastruktur yang rusak dan kondisi tanah yang retak membuat mereka merasa tidak aman. Bencana tersebut membuat 479 orang meninggal, 1,2 juta lainnya terdampak, serta 350 orang masih hilang menurut data pemerintah.
Rumah-rumah penduduk mengalami kerusakan besar, dengan 1.289 rumah tercatat hancur total dan lebih dari 44.500 lainnya rusak sebagian. Pemerintah kini tengah mengumpulkan data untuk merancang solusi jangka panjang bagi warga yang tinggal di area berisiko tinggi.
IMF telah menilai kebutuhan ekonomi Sri Lanka pascabencana. Lembaga tersebut tetap berencana menggelar rapat dewan pada 15 Desember untuk membahas tinjauan terakhir program pinjaman.
Lembaga itu juga sedang mempertimbangkan opsi tambahan untuk mendukung proses pemulihan negara tersebut. Banyak warga terpaksa tinggal di pusat bantuan bersama keluarga setelah rumah mereka retak dan mengalami kerusakan berat.
Meski pemerintah telah memperingatkan potensi longsor lanjutan jika hujan kembali turun, warga tetap merasa enggan untuk pindah. Mereka menolak relokasi mandiri karena keterbatasan finansial dan kondisi geografis desa yang dikelilingi perbukitan.
Banyak dari mereka mengaku bingung bagaimana melanjutkan hidup setelah kehilangan rumah dan mata pencaharian. Kebutuhan akan bantuan terus mendesak di tengah proses pemulihan yang masih jauh dari selesai.(*)
