Hanoi: Topan Kalmaegi menghantam Vietnam pada Kamis (6/11/2025), dua hari setelah melanda Filipina dan menewaskan sedikitnya 140 orang. Badai tersebut memaksa pemerintah Vietnam membatalkan ratusan penerbangan dan memerintahkan warga untuk tetap di rumah.
Melansir dari CNA, Jumat (7/11/2025), menurut badan meteorologi nasional, Kalmaegi membawa angin hingga 149 km/jam yang menerbangkan atap rumah. Angin dari topan tersebut menumbangkan pepohonan serta merobohkan tiang listrik.
Gelombang laut di pesisir tengah Vietnam mencapai 10 meter akibat terjangan badai ini. Pemerintah menutup enam bandara di wilayah terdampak, sementara lebih dari 260.000 orang di provinsi Gia Lai telah dievakuasi ke tempat aman.
Kalmaegi menjadi badai ke-13 yang melanda Vietnam tahun ini dan termasuk salah satu yang terkuat. Pemerintah menyiagakan lebih dari 268.000 tentara untuk operasi pencarian dan penyelamatan.
Otoritas juga memperingatkan risiko banjir di dataran rendah serta potensi kerusakan pada sektor pertanian. Peringatan tersebut diberikan termasuk di Dataran Tinggi Tengah yang menjadi wilayah penghasil kopi utama.
Hotel dan rumah di sepanjang pantai Cua Dai, dekat kota Hoi An, ditutup menjelang datangnya badai. Sementara itu, di sekitar kota Hue, petani masih berjuang memulihkan diri dari banjir sebelumnya yang menewaskan 47 orang.
Sementara itu, di Filipina, skala kehancuran akibat Kalmaegi mulai terlihat setelah banjir surut di provinsi Cebu, wilayah yang paling parah terdampak. Rumah-rumah rata dengan tanah, kendaraan terbalik, dan jalanan dipenuhi puing-puing.
Sebanyak 127 orang masih dilaporkan hilang hingga Kamis (6/11/2025) malam. Sementara itu, upaya pencarian korban dan distribusi bantuan terhambat oleh besarnya kerusakan.(*)

