Hari ini
Cuaca 0oC
BREAKING NEWS

PBB Gelar Sidang Darurat Pasca Serangan AS ke Iran

 Amerika Serikat: Guterres peringatkan potensi spiral kekerasan, sementara AS dan Israel menolak dikecam atas serangan ke fasilitas nuklir Iran.

PBB Gelar Sidang Darurat Pasca Serangan AS ke Iran

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menggelar sidang darurat setelah serangan udara yang dipimpin Amerika Serikat menghantam fasilitas nuklir Iran, sebuah langkah militer yang menyulut ketegangan tajam di forum internasional itu.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres memperingatkan bahwa Timur Tengah tengah berada di “ambang spiral mematikan”.

“Pemboman fasilitas nuklir Iran oleh Amerika Serikat adalah titik balik berbahaya di kawasan yang sudah rapuh,” tegas Guterres dalam pidatonya di hadapan Dewan Keamanan. “Kita kini terancam terperosok dalam lingkaran balas-membalas tanpa akhir. Kita harus bertindak segera dan tegas untuk menghentikan konflik dan memulai kembali negosiasi serius terkait program nuklir Iran.” dikutip UN Live Webcast

Serangan AS, yang disebut-sebut sebagai respons terhadap ancaman Iran terhadap kepentingan Amerika dan sekutunya, langsung menuai kecaman dari negara-negara seperti Rusia, Tiongkok, dan Pakistan. Ketiganya telah mengajukan rancangan resolusi yang menuntut gencatan senjata segera dan tanpa syarat, meski tak secara eksplisit menyebut AS atau Israel.

Namun, rencana resolusi tersebut diperkirakan tak akan lolos karena kemungkinan veto dari Washington sebagai anggota tetap DK PBB.

“AS telah membuka kotak Pandora. Tak seorang pun tahu bencana apa yang akan terjadi selanjutnya,” kata Duta Besar Rusia, Vasily Nebenzya.

Sementara itu, Duta Besar AS untuk PBB, Dorothy Shea, bersikukuh bahwa tindakan Washington adalah bentuk pembelaan diri dan perlindungan terhadap sekutu utamanya, Israel.

“Waktunya telah tiba bagi Amerika untuk bertindak tegas demi melindungi warganya dan mitranya,” ujar Shea. “Iran sebaiknya tidak meningkatkan ketegangan. Setiap serangan, langsung maupun tidak langsung, akan dibalas dengan kehancuran total.”

Dari pihak Iran, Duta Besar Ali Bahreini menuding AS dan Israel sebagai dalang dari rangkaian provokasi yang telah mematikan diplomasi.

“Amerika telah memutuskan untuk menghancurkan jalan damai. Iran tidak akan tinggal diam — militer kami yang akan menentukan waktu dan skala respons,” tegasnya.

Dukungan terhadap Iran juga datang dari Pakistan.
“Tindakan agresif dan ilegal Israel serta respons AS sangat mengkhawatirkan. Pakistan berdiri bersama pemerintah dan rakyat Iran,” ucap Duta Besar Asim Iftikhar Ahmad.

Ironisnya, sehari sebelum kecaman itu, Pakistan sempat mengusulkan agar Presiden AS Donald Trump dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian, menyusul pernyataannya bahwa pasukan AS telah “menghancurkan” fasilitas nuklir utama Iran langkah militer paling signifikan sejak Revolusi Iran 1979.

Laporan dari Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, menyatakan bahwa situs pengayaan Fordow menunjukkan bekas kawah akibat serangan, dan pintu masuk terowongan di lokasi Isfahan tampak rusak. Situs Natanz, yang sebelumnya juga jadi target sabotase, kembali terkena dampaknya.

Iran menuding Grossi telah “membuka jalan” bagi serangan terhadap negaranya dengan menyetujui resolusi yang menyatakan bahwa Iran tidak mematuhi komitmen pengawasan internasional satu hari sebelum serangan Israel dilancarkan pada 13 Juni.(*)

Hide Ads Show Ads