Scroll untuk melanjutkan membaca

Kemenkes Perluas Layanan Skrining Terpadu TBC ke 100 Puskesmas di Delapan Provinsi

 Jakarta : Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan memperluas program layanan skrining terpadu tuberkulosis (TBC) guna mempercepat deteksi dini penderita dan menekan penyebaran penyakit menular tersebut di Indonesia.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, program ini telah diujicobakan di delapan puskesmas di sejumlah daerah seperti Bandung, Bogor, dan Semarang, dan akan diperluas secara bertahap hingga 100 puskesmas di delapan provinsi pada akhir 2025.

“Hingga akhir tahun ini akan diperluas ke 100 puskesmas di delapan provinsi,”kata Budi dalam keterangan yang dikutip, Minggu, 9 November 2025.

Menurut Budi, program skrining terpadu ini mencakup layanan rontgen dada, pemeriksaan laboratorium non-Point of Care Testing (non-POCT), serta penyediaan alat Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk deteksi TBC secara lebih cepat dan akurat. Implementasi penuh program ini direncanakan berjalan secara nasional pada 2026.

Delapan provinsi yang akan menjadi fokus perluasan adalah Jawa Barat (234.380 kasus), Jawa Timur (116.538 kasus), Jawa Tengah (107.488 kasus), Sumatera Utara (74.297 kasus), DKI Jakarta (70.258 kasus), Banten (50.298 kasus), Sulawesi Selatan (45.472 kasus), dan Nusa Tenggara Timur (17.928 kasus).

Budi menilai, pelaksanaan skrining TBC di tingkat puskesmas akan lebih efektif dibandingkan di rumah sakit umum daerah, karena masyarakat dapat lebih mudah menjangkau layanan untuk deteksi dini penularan penyakit tersebut.

“Permasalahan TBC ada di fase pendeteksian. Jika dengan alat TCM kita bisa mendeteksi secara dini dan akurat, proses penyembuhan akan jauh lebih mudah karena obat TBC juga sudah tersedia,” tegasnya.

Menanggapi kebijakan nasional, Budi menyebut bahwa percepatan penanganan TBC merupakan salah satu dari tiga program prioritas Presiden Prabowo Subianto di bidang kesehatan, mengingat penyakit ini masih menjadi ancaman serius yang diperkirakan dapat merenggut hingga 125 ribu nyawa pada 2025 jika tidak tertangani dengan cepat.

Lebih lanjut, penggunaan alat TCM dinilai akan mempercepat proses diagnosis karena dapat dilakukan dengan metode usap (swab) tanpa perlu mengambil sampel dahak, namun tetap memberikan hasil akurat setara dengan pemeriksaan laboratorium.(*)
Baca Juga
Berita Terbaru
  • Kemenkes Perluas Layanan Skrining Terpadu TBC ke 100 Puskesmas di Delapan Provinsi
  • Kemenkes Perluas Layanan Skrining Terpadu TBC ke 100 Puskesmas di Delapan Provinsi
  • Kemenkes Perluas Layanan Skrining Terpadu TBC ke 100 Puskesmas di Delapan Provinsi
  • Kemenkes Perluas Layanan Skrining Terpadu TBC ke 100 Puskesmas di Delapan Provinsi
  • Kemenkes Perluas Layanan Skrining Terpadu TBC ke 100 Puskesmas di Delapan Provinsi
  • Kemenkes Perluas Layanan Skrining Terpadu TBC ke 100 Puskesmas di Delapan Provinsi
Posting Komentar
Tutup Iklan