Hari ini
Cuaca 0oC
Headline News :

Konflik Thailand-Kamboja, Serangan Udara Meningkat

 Thailand Klaim Hancurkan Gudang Roket Kamboja dalam Eskalasi Pertempuran Perbatasan yang Mematikan.

Warga Phom Penh, Kamboja berlindung ketika terjadi serangan udara (Foto: AP News)

Karawang : Ketegangan bersenjata antara Thailand dan Kamboja kembali mencapai titik kritis setelah militer Thailand meluncurkan serangkaian serangan udara ke wilayah Kamboja jumat 19 Desember 2025. Serangan ini menandai eskalasi terbaru dalam konflik sengketa wilayah perbatasan yang telah berlangsung sejak pekan lalu.

Angkatan Udara Thailand mengonfirmasi pengerahan jet tempur F-16 untuk membombardir sebuah fasilitas yang mereka klaim sebagai gudang penyimpanan roket tentara Kamboja.

Pihak Bangkok berdalih serangan tersebut merupakan tindakan defensif terhadap persenjataan yang digunakan untuk menyerang posisi mereka.

"Gudang yang menjadi target diserang karena digunakan untuk menyimpan roket BM-21. Kami telah berupaya maksimal untuk menghindari jatuhnya korban sipil," ujar juru bicara Angkatan Udara Thailand, Marsekal Pertama Jackkrit Thammavichai.

Dampak Terhadap Warga Sipil
Laporan dari pihak Kamboja memberikan gambaran yang berbeda. Menteri Informasi Kamboja, Neth Pheaktra, menyatakan bahwa serangan udara tersebut menghantam kawasan pemukiman di Poipet dan Serei Sophaon.

"Jet F-16 Thailand menjatuhkan bom di lingkungan tempat tinggal warga sipil di Poipet, merusak bagian dari gudang, dan menyebabkan luka-luka pada penduduk setempat," jelas Pheaktra dalam keterangan resminya.

Hingga saat ini, dampak kemanusiaan dari konflik ini terus meningkat secara signifikan:

• Kamboja: Kementerian Dalam Negeri melaporkan 18 warga sipil tewas dan 79 lainnya luka-luka sejak 8 Desember.
• Thailand: Media setempat melaporkan 21 tentara gugur, sementara satu warga sipil tewas akibat kontak senjata langsung.
• Pengungsian: Ratusan ribu warga di kedua sisi perbatasan telah dievakuasi ke kamp-kamp pengungsian sementara.

Gagalnya Gencatan Senjata
Konflik ini berakar pada sengketa wilayah di sekitar situs kuil kuno yang diklaim oleh kedua negara. Meski pada Juli lalu Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sempat memediasi gencatan senjata melalui bantuan Malaysia, kesepakatan tersebut kini tampak rapuh.

Pekan lalu, Presiden Trump mengklaim bahwa kedua negara setuju untuk memperbarui gencatan senjata atas desakannya. Namun, Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, membantah adanya komitmen tersebut, sementara Kamboja memilih untuk terus melanjutkan operasi militer.

Upaya Diplomasi Regional
Di tengah pertempuran yang terus berkecamuk, upaya perdamaian terus diupayakan oleh pemimpin regional. Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, dilaporkan masih aktif melakukan mediasi.

Selain itu, Tiongkok sebagai sekutu dekat Kamboja yang juga memiliki hubungan baik dengan Thailand, mengumumkan pengiriman utusan khusus ke kedua negara pekan ini. Langkah ini diharapkan mampu meredam ketegangan sebelum jumlah korban jiwa semakin bertambah.(*)

Hide Ads Show Ads