Tembus 13 Negara dengan Kuda, Tiga Muslim Ini Tiba di Ka'bah
Mekah: Tujuh bulan, 13 negara, dan satu keyakinan: Ibadah Haji ala leluhur Andalusia hidup kembali lewat perjalanan epik tiga penunggang kuda asal Spanyol.
Tangis haru pecah di pelataran Ka'bah ketika tiga Muslim asal Andalusia, Spanyol, akhirnya menuntaskan perjalanan spiritual luar biasa sejauh 8.000 kilometer dengan menunggang kuda selama lebih dari 200 hari. Abdallah Hernandez, Abdelkader Harkassi, dan Tariq Rodriguez memulai perjalanan suci ini dari selatan Spanyol tujuh bulan lalu, menembus 13 negara demi satu tujuan: menghidupkan kembali tradisi Muslim Andalusia yang berabad-abad lalu menunaikan ibadah Haji dengan cara serupa.
Dikutip dari Turkey To Day , Dengan penuh keikhlasan dan semangat keimanan, mereka melintasi daratan Eropa hingga Timur Tengah melewati Prancis, Italia, Slovenia, Kroasia, Bosnia dan Herzegovina, Montenegro, Kosovo, Makedonia Utara, Bulgaria, Yunani, Turki, Suriah, dan Yordania—hingga akhirnya tiba di Tanah Suci.
“Kami ingin mengikuti jejak leluhur Muslim Andalusia 500 tahun lalu. Dan perjalanan ini membuktikan, dengan tawakkal kepada Allah, segalanya mungkin terjadi,” ujar Tariq Rodriguez saat diwawancarai di Mekah.
Tariq menyoroti momen-momen penuh kehangatan, termasuk sambutan meriah dari para penunggang kuda di Suriah, serta kebersamaan mereka yang tak tergantikan. “Perjalanan ini mustahil ditempuh sendirian. Hanya karena persatuan dan ukhuwah, kami bisa sampai. Semoga ini jadi pesan untuk umat bersatulah dan saling bantu.”
Bagi Rodriguez, melihat Ka'bah untuk pertama kali menjadi pengalaman yang tak tergambarkan. “Seolah selama ini Ka'bah begitu jauh, dan sekarang kami bisa menyentuhnya dengan tangan sendiri.”
Kuda-kuda mereka kini dirawat di pusat berkuda di Riyadh, sementara ketiganya akan kembali ke Eropa dengan pesawat karena pembatasan internasional terhadap perjalanan lintas negara menggunakan hewan.
Perjalanan Penuh Keajaiban dan Ujian :
Abdallah Hernandez, yang telah memimpikan perjalanan ini selama 36 tahun, menyebut tiap tantangan sebagai bentuk ujian dari Allah. “Melewati pegunungan Alpen dan perbatasan Italia adalah yang paling berat. Tapi selalu ada pertolongan Allah di setiap langkah.”
Ia mengenang indahnya alam Bosnia dan kesamaan budaya antara Turki dan Spanyol. “Perjalanan ini bukti bahwa Islam adalah cinta, damai, dan saling menolong.”
Sementara itu, Abdelkader Harkassi menjelaskan bahwa mereka telah berlatih selama empat tahun untuk mempersiapkan perjalanan jarak jauh ini. Ia secara khusus menyampaikan terima kasih kepada rakyat dan pemerintah Turki yang memberikan banyak bantuan.
“Kami disambut bak saudara di Turki. Dari aparat keamanan hingga rakyat biasa, semua ikut membantu. Allah membuka jalan-Nya lewat orang-orang baik di setiap negeri.”
Bagi Harkassi, perjalanan ini bukan hanya soal menunaikan Haji, tapi juga menghidupkan kembali identitas spiritual Muslim Spanyol. “Kami ingin dunia melihat bahwa umat Islam bisa bersatu, bisa kembali ke akar sejarah, dan bisa menembus batas dengan keimanan.”
Mereka juga menyampaikan terima kasih kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan tokoh-tokoh agama yang membantu di berbagai negara.
“Kami hanya berjalan dengan iman, dan umat Islam di sepanjang jalan menunjukkan bahwa ukhuwah itu nyata.”
Perjalanan langka ini bukan hanya peristiwa religius, tapi juga simbol kebangkitan nilai-nilai keimanan, sejarah, dan solidaritas umat Islam lintas bangsa. Di era modern, kisah tiga penunggang kuda dari Andalusia ini mengajarkan bahwa ketulusan ibadah masih bisa menyatu dengan keteguhan tradisi menjadi inspirasi lintas zaman.(*)