Breaking News

Perang Dagang AS-China Memanas: Prospek Produksi iPhone di Dalam Negeri yang Diprediksi Tak Mungkin Terwujud

 Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China semakin memanas seiring dengan kebijakan tarif yang diberlakukan pemerintahan Presiden Donald Trump. 

Perang Dagang AS-China Memanas/(ilustrasi/@pixabay)

Salah satu isu yang menarik perhatian publik adalah kemungkinan Apple akan memproduksi iPhone di dalam negeri. Selama 18 tahun terakhir, mayoritas iPhone diproduksi di China berkat rantai pasokan yang telah dibangun sejak tahun 1990-an. 

Namun, dalam situasi perang dagang ini, Trump bahkan pernah menerapkan tarif hingga 145% untuk barang-barang impor dari China, yang membuat pengalihan produksi iPhone ke AS dinilai hampir mustahil.

Meski demikian, isu ini kembali mencuat menjelang 1 Mei 2025, saat CEO Apple Tim Cook dijadwalkan menjawab pertanyaan analis mengenai strategi perusahaan dan hasil keuangan. 

Kondisi ini menambah ketegangan, terutama setelah harga saham Apple turun hingga 15% dan nilai pasar perusahaan pun menyusut ke kisaran US$ 500 miliar.

Mengalihkan produksi iPhone dari China ke AS menghadapi tantangan besar, mulai dari rantai pasokan yang rumit hingga biaya investasi miliaran dolar untuk membangun pabrik baru. 

Proses pembangunan dan penyesuaian pabrik di AS diperkirakan membutuhkan waktu beberapa tahun, yang tentu akan berdampak pada harga jual produk. 

Jika terpaksa diproduksi di AS dengan tarif baru, harga iPhone yang saat ini sekitar US$ 1.000 dapat melonjak hingga lebih dari US$ 3.000. Kondisi ini berpotensi mengancam penjualan dan daya saing produk di pasar global.

Dari sisi kebijakan perdagangan, meski Trump pernah menyatakan bahwa barang elektronik seperti smartphone dikecualikan dari tarif timbal balik, namun hal tersebut tidak menjamin tidak adanya perubahan kebijakan di masa mendatang. 

Kesempatan dan risiko yang dihadapi Apple menjadi perbincangan hangat di kalangan analis industri. 

Dalam situasi ini, perusahaan harus mempertimbangkan kembali strategi produksi dan rantai pasokan global agar tetap dapat bersaing dengan kondisi geopolitik yang fluktuatif.(*)
Posting Komentar