Parlemen 13 Negara Kutuk Serangan Israel di Gaza
Font Terkecil
Font Terbesar
Ketua parlemen dari 13 negara, termasuk Indonesia, berkumpul di Istanbul, Turki, dalam forum Groups of Parliaments in Support of Palestine untuk menyuarakan keprihatinan atas konflik berkepanjangan di Jalur Gaza yang telah berlangsung hampir 18 bulan.
Dalam pertemuan tersebut, para pemimpin parlemen mengutuk keras serangan Israel yang terus berlanjut, serta mendesak organisasi internasional untuk segera mengambil langkah guna menghentikan kekerasan dan mendorong gencatan senjata permanen.
Ketua parlemen Spanyol, Francina Armengol Socias, melalui pesan video menyebut bahwa yang terjadi di Gaza merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
“Setelah dua bulan gencatan senjata, Israel kembali melanggar kesepakatan dan terus membombardir warga Gaza, membunuh anak-anak, menghancurkan fasilitas kesehatan, bahkan meledakkan ambulans yang membawa petugas medis. Ini sudah menjadi pembantaian yang tidak tertahankan,” tegas Armengol pada Sabtu, 19 April 2025.
Dari Indonesia, Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan bahwa hal paling mendasar yang dibutuhkan rakyat Palestina saat ini adalah keadilan. Ia menegaskan, parlemen harus menjadi bagian dari solusi dan tidak boleh tinggal diam.
“Tanggung jawab parlemen bukan hanya terhadap konstituennya, tetapi juga terhadap nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan perdamaian dunia,” kata Puan.
Ketua Dewan Rakyat Malaysia, Johari bin Abdul, juga menegaskan bahwa Palestina bukan semata isu kebijakan luar negeri, tetapi merupakan persoalan kemanusiaan dan hati nurani.
“Malaysia akan terus menunjukkan dukungan tak tergoyahkan terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Palestina, dan mengutuk pembunuhan warga sipil,” ujar Johari.
Sementara itu, Ketua Parlemen Pakistan, Serdar Ayaz Sadiq, menyatakan bahwa Palestina adalah ujian bagi nurani global.
Ia menyoroti penghalangan konvoi bantuan kemanusiaan oleh Israel, serta serangan terhadap staf organisasi kemanusiaan.
“Budaya impunitas harus diakhiri. Dunia tidak bisa terus menutup mata terhadap penderitaan rakyat Palestina,” tegasnya, sambil menggarisbawahi dukungan Spanyol untuk pengakuan negara Palestina dengan batas wilayah tahun 1967.
Dari Azerbaijan, Wakil Ketua DPR Ali Ahmadov turut mengutuk pelanggaran hak asasi manusia, pembersihan etnis, dan kekerasan terhadap warga sipil yang tak berdosa di Gaza.
Ia juga menyuarakan keprihatinan terhadap krisis kelaparan dan minimnya akses air bersih serta layanan kesehatan yang dialami warga Palestina.
Pertemuan lintas negara ini menjadi simbol kuat solidaritas parlemen dunia terhadap Palestina dan menegaskan bahwa tragedi kemanusiaan di Gaza bukan hanya isu politik, tetapi tangisan nurani yang harus dijawab dengan aksi nyata.(*)